Translate

Almaghfurlah Alhabib Munzir Al Musawa


Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji'un
Telah Meninggal Dunia, Guru Kita Alhabib Munzir bin Fuad Al-Musawa


Almaghfurlah Alhabib Munzir Al-Musawa
Meninggal dunia pada hari Minggu 15 september 2013 / 9 dzulkaidah 1434, Beliau lahir pada 23 februari 1973 / 19 muharram 1393 Ayah beliau bernama Fuad Abdurrahman Al-Musawa kelahiran Palembang, dibesarkan di Makkah AlMukarrahmah, dan mendapat gelar sarjana di Newyork University di bidang Jurnalistik,
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas beliau
mulai mendalami Ilmu Syariah di Ma'had Darul Musthafa Tarim Hadhramaut Yaman, Beliau kembali ke Indonesia pada tahun 1998 dan mulai berdakwah dari rumah ke rumah dan membuka majelis taklim yang di hadiri sekitar enam orang, beliau berdakwah menyebarkan kelembutan dan cinta Allah swt dan Rasul saw yang membuat hati pendengar sejuk beliau tidak mencampuri dengan urusan politik urusan pemerintahan, akan tetapi selalu mengajarkan tujuan utama manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah swt.

Dengan demikian manusia dengan latar belakang apapun bisa menjadi lebih dekat kepada Allah swt. Sehingga ketika mereka dalam kesibukannya tapi hati mereka selalu bersama Allah swt. inilah tujuan Nabi Muahammad saw diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. ketika majelis yang kebanyakan dihadiri oleh pemuda-pemudi kian meluas, maka beliau diminta untuk menamai majelis ini, beliau pun dengan lantangnya berkata nama majelis ini adalah Majelis Rasulullah saw, karena memang majelis ini murni membahas tentang bimbingan Sang Nabi, Alqur'an dan Sunnah, serta mengarahkan hadirin untuk beridolakan Rasulullah saw, tampa mencampurkan dengan urusan yang lain, Semasa hidup beliau pernah berkata kepada jama'ah sebelum dibuatnya majelis ini "Sungguh aku telah memimpikan Rasulullah saw, dan beliau berkata kepada ku Wahai munzir sungguh engkau akan bersama ku ketika umur mu berusia 40 tahun"

sebelum wafat beliau telah mempersiapkan 3 helai kain kafan yang dipakai untuk sajadah shalat, beliau juga  merencanakan untuk berangkat ke Tarim Hadhramaut Yaman, beberapa hari sebelum wafat beliau berpesan kepada jama'ah untuk membelikan selimut putih untuknya, beliau menghembuskan nafas terakhir di RSCM(rumah sakit cipto mangunkusumo) Jakarta Pusat, Ratusan ribu jama'ah dari rakyat terendah sampai pimpinan tertinggih Hadir di ritual pemakaman beliau,

Alhabib qurais baharun adalah pemimpin pondok pesantren yang juga menjadi sahabat dekat al habib munzir ketika berada di pondok pesantren darul musthofa yaman dan ketika berdakwah, Alhabib qurais bercerita bahwa Al habib munzir adalah seorang murid yang menjaga adabnya, Al habib munzir mempuyai tujuan hidup mendekatkan umat untuk dekat dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, karna dengan mencintai Allah dan Rasul modal kita untuk selamat di dunia dan akhirat,
sebelum sehari wafat beliau habib munzir mengunjungki pondok pesatren habib qurais yang berada dicirebon, ketika habib qurais selesai shalat habib munzir yang berada disampingnya memegang pundak beliau dan menanggis di pudak habib qurais habib munzir berkata “Alangka rindunya aku kepada Rasulullah,” sampai di ulang-ulang perkataan tersebut Al habib munzir berkata “Apakah jama’ah majelis Rasulullah akan masuk surga dan berkumpul dengan saya” sambil menanggis, maka habib qurais berkata “Sungguh di hari kiamat kelak Surga dan Neraka berada di tangan Sayyidina Muhammad”, dan habib qurais berkata “Alangkah beruntungnya jama’ah majelis Rasulullah mempunyai guru seperti antum” habib munzir berkata “Alangkah beruntungnya kita mempunyai guru seperti Al Habib Umar bin Hafidz.”

Almaghfurlah Alhabib Munzir Al-Musawa disemayamkan disamping masjid at-taubah jl.rawajati timur 2 Jakarta Selatan Lokasi
Selengkapnya >>>

Arrisalatul Jami'ah Ke-30


                                   TAUHID


1قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا ؟ حَتَّى يَقُولَ لَهُ : مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ ؟ فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ ولْيَنْتَهِ (صحيح البخاري)

" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Syaitan akan datang kepada salah seorang kalian dan bertanya : "siapakah yang menciptakan ini, siapakah yang menciptakan ini dan ini?", hingga ia berkata : "Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?", dan jika sampai pada hal tersebut (keraguan) maka berlindunglah kepada Allah dan berhentilah (dari memikirkannya)".

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

 Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita untuk hadir ke majelis ini dengan mengetuk pintu jiwa, sehingga di majelis ini terangkatlah derajat orang-orang yang mau mengangkat dirinya untuk semakin dekat kepada Allah subhanahu wata'ala, dan termuliakanlah mereka yang mau memuliakan dirinya dengan tuntunan kemuliaan, dan tersucikan dari dosa-dosa mereka yang diampuni oleh Allah dengan kehadiran mereka di majelis-mejelis ta'lim dan majelis dzikir dan shalawat kepada nabi Muhamad shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rahasia cahaya at ta'allum dan at ta'lim (pembelajaran dan pengajaran), di dalam rahasia keluhuran tuntunan Ilahi Yang Maha Tunggal dan Abadi, Yang berfirman di dalam Al qur'an demi mengenalkan kepada manusia akan sifat hamba-hambaNya yang peduli terhadap sesama, yang berlemah lembut kepada siapa pun baik mereka yang beriman atau yang tidak beriman, kesemuanya berada di dalam lingkup doa-doa mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :

 وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ، وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ( الفرقان : 63 )

 "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata (berdoa): "Ya Tuhan kami, jauhkanlah siksa nerka ( Jahannam ) dari kami, sesungguhnya siksa neraka itu adalah kebinasaan yang kekal". ( QS. Al Furqan : 63 )

 Hamba-hamba yang dibanggakan oleh Allah subhanahu wata'ala adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tawadhu'), dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang tidak berilmu atau belum beriman atau belum mau bertobat yang mencaci atau menghina mereka maka mereka membalasnya dengan perkataan yang lemah lembut dan penuh kesejahteraan, serta berlemah lembut terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada ummatnya untuk tidak menyiksa atau menyakiti makhluk (ciptaan) Allah subhanahu wata'ala. Dengan demikian semua makhluk ciptaan Allah subhanahu wata'ala telah telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk disiksa atau diganggu dan disakiti. Dan hamba-hamba yang dipuji oleh Allah subhanahu wata'ala adalah mereka yang melewati malam-malam harinya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala (qiyamullail), dan mereka yang berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala : "Ya Allah hindarkanlah kami (dengan kata pengganti majemuk) dari siksa neraka (Jahannam) karena sesungguhnya siksa neraka adalah kepedihan yang kekal". Mereka adalah hamba-hamba pemilik jiwa yang menampung rahasia kemuliaan, yang menampung para pendosa di dalam doa mereka untuk terangkat jiwa mereka pada keluhuran, bukan dengan mencaci maki mereka karena telah berbuat maksiat atau mengganggu satu sama lain, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda : سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ " Mencaci maki orang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran ". Syarh kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah Dalam pembahasan majelis yang lalu kita telah sampai pada ucapan pengarang : وَأَصْلُ اْلإِيْمَانِ أَنْ تَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَأَنَّهُ تَعَالَى وَاحِدٌ " Asal (dasar) Iman yaitu engkau meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada dan meyakini bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal" Allah subhanahu wata'ala Maha Tunggal. Kita memahami bahwa semakin besar suatu kerajaan maka semakin hebat pula rajanya, semakin sempurna pengaturan sang raja terhadap kerajaan tersebut maka akan semakin sempurna dan semakin kuat kerajaannya. Namun demikian, semua raja tidak mampu berbuat tanpa bantuan para laskarnya, kecuali Sang Maha Raja langit dan bumi Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Tunggal dimana kerajaanNya yang multi sempurna namun Dia (Allah) tidak membutuhkan kepada hamba-hambaNya. Allah subhanahu wata'ala yang telah menciptakan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi yang kesemuanya bertasbih dan berdzikir kepadaNya siang dan malam tanpa henti-henti, mensucikan nama Allah subhanahu wata'ala, dan hal itu telah disampaikan oleh Allah kepada kita agar sanubari kita juga terangkat kepada keluhuran untuk mensucikan Allah subhanahu wata'ala dan mengagungkan namaNya, sehingga diri kita disucikan dan diagungkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Dimana balasan bagi hamba yang mensucikan Allah adalah kesucian dari Allah subhanahu wata'ala untuknya, kesucian dari perbuatan dosa, kesucian dan dijauhkan dari setiap musibah, dijauhkan dari permasalahan, kesucian dari penyakit hati dan lainnya. Semakin jiwa seseorang mensucikan Allah subhanahu wata'ala maka akan semakin sucilah jiwa dan kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi, Maha Mampu memberikan keabadian kenikmatan kepada makhluk-makhluk yang dikehendakinya. Allah subhanahu wata'ala Maha Ada, pertama tanpa ada awalnya dan terakhir tanpa ada akhirnya, maksudnya yaitu bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada sebelum segalanya ada, namun tanpa keterikatan dengan pertanyaan "Kapan adanya?". Sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits yang telah kita baca bersama. Dan Al Imam Ghazali menjelaskan agar manusia berhati-hati dengan bisikan syaitan dalam ibadah dan keluhuran, karena ketika syaitan melihat seorang hamba sangat giat dalam beribadah dan dengan sebaik-baik ibadah, sehingga ia tidak dapat tergoda untuk berbuat maksiat, maka ia akan digoda syaitan dengan kebaikan, syaitan membawanya pada bisikan-bisikannya seperti : "Siapakah yang menciptakan ini dan ini?, jawabannya adalah Tuhanku "Allah", kemudian dibawa pada bisikan yang lain : " Siapakah yang menciptakan ini dan itu?", dan kesemua jawabannya adalah "Allah", hingga syaitan membawanya pada pertanyaan "Siapakah yang menciptakan tuhanmu?". Makhluk yang paling memahami tauhid dan ma'rifah billah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memberikan penyelesaian dalam hal ini, jika seseorang telah sampai pada hal demikian atau mulai timbul keraguan dalam dirinya, maka segeralah berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dan berhentilah dari memikirkannya.

 Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jami'ah : لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مِثْلَ لَهُ وَلَا شِبْهَ لَهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ " Tidak ada sekutu baginya (Allah), tidak ada yang menyamainya, tidak ada yang menyerupainya, tidak ada sesuatupun yang menyerupainya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Dia Yang menciptakan langit dan bumi" Allah subhanahu wata'ala Maha Mendengar dan Maha Melihat, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dari tiada, dan semua yang ada di langit dan bumi adalah ciptaan Allah subhanahu wata'ala. Manusia juga dapat menciptakan namun manusia hanya menciptakan dari hal yang ada yang merangkainya dalam bentuk yang berbeda, dan tidak mampu menciptakan dari ketiadaan menjadi ada, namun Allah subhanahu wata'ala mencipta dari ketiadaan menjadi ada, hanya dengan kalimat "Kun" maka terciptalah apa yang ingin diciptakan Allah.

 Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jaami'ah " وَخَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ وَالطَّاعَةَ وَالْمَعْصِيَّةَ وَالصِّحَّةَ وَالسَّقَمَ وَجَمِيْعَ اْلكَوْنِ وَمَا فِيْهِ " Dan Allah menciptakan kematian dan kehidupan, menciptakan ketaatan dan kemaksiatan dan menciptakan kesehatan dan penyakit dan menciptakan segala alam beserta apa yang ada didalamnya" Allah subhanahu wata'ala menciptakan langit dan bumi, menciptakan kematian dan kehidupan. Mengapa terlebih dahulu yang disebut adalah kematian, padahal semua makhluk terlebih dulu hidup dan kemudian mati?!, karena asal muasal makhluk hidup adalah kematian yaitu ketiadaan yang kemudian muncullah kehidupan, baik kehidupan di alam rahim, kehidupan di alam dunia, kehidupan di alam barzakh dan kehidupan di hari kiamat yang kekal dan tiada akan pernah berakhir. Namun apakah hal ini berarti manusia (ahli surga) sama dengan Allah karena manusia juga akan abadi di alam akhirat (surga)?, tentunya tidak demikian, karena keabadian makhluk terikat dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala, makhluk tidak akan memiliki keabadian kecuali telah diberi oleh Allah subhanahu wata'ala. Maka tentunya tidak sama antara Sang Pemilik dan yang diberi, Allah memberikan keabadian kepada makhlukNya namun keabadian itu tetap milik Allah subhanahu wata'ala. Keabadian itu diberikan oleh Allah kepada makhlukNya di akhirat baik keabadian dalam kehinaan atau keabadian dalam kemuliaan, dan semoga kita selalu dalam kemuliaan di dunia dan akhirat amin allahumma amin. Dan Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan ketaaan dan kemaksiatan (perbuatan baik dan buruk). Dalam permasalahan ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok Jabariyah dan kelompok Qadariyah, sedangkan kita adalah kelompok yang berada di tengah-tengah. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar As Asqalani di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa kita bukanlah termasuk dalam kedua kelompok tersebut, yang mana kelompok Jabariyah berpendapat bahwa manusia dalam segala perbuatan baik baik dan buruknya adalah kehendak dan pakasaan dari Allah dan manusia tidak memiliki kehendak dan tidak dapat memilih. Sedangkan kelompok Qadariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik dan buruknya adalah kehendak manusia sendiri dan mereka yang menciptakannya, tidak ada hubungannya dengan Allah subhanahu wata'ala. Adapun kelompok kita ahlusunnah waljama'ah meyakini bahwa segala perbuatan baik dan buruk adalah semua kehendak Allah, namun manusia diwajibkan berikhtiar (berusaha) untuk selalu melakukan perbuatan baik. Kita kelompok ahlusunnah waljama'ah meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan segala perbuatan manusia (baik aatu buruk), namun hal tersebut juga tergantung pada diri manusia , sebagaimana Allah subhanahu wata'ala telah memberikan kita jasad, pemikiran dan hati (ruh) dan kesemua itu kita gunakan untuk taat atau maksiat tentunya kesemua dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala. Sebagai contoh seorang yang berbuat maksiat seperti meminum khamr maka bukanlah ia yang menciptakannya sendiri, namun dia hanya mengambil dari buah-buahan yang dijadikan khamr dengan proses pembuatan khamr, dan Allah lah yang telah menciptakan buah-buahan tersebut dan Allah yang telah mengizinkan adanya khamr di muka bumi, namun demikian Allah mengharamkan khamr dan menyuruh hamba-hambaNya untuk tidak meminumnya, dan dalam hal ini mereka diberi kehendak untuk memilih antara mengikuti perintah Allah atau meninggalkannya. Akan tetapi Allah subhanahu wata'ala akan menjaga hamba-hambaNya yang beriman dan mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam agar tidak terjebak pada minuman keras, sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada peristiwa Isra' Mi'raj disaat dihidangkan untuk beliau shallallahu 'alaihi wasallam dua macam minuman yaitu susu dan arak (yang tidak memabukkan), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memilih susu, lalu malaikat Jibril As berkata : "Sungguh engkau telah menyelamatkan ummatmu, jika engkau memilih arak maka ummatmu akan celaka". Hal ini menunjukkan bahwa salah satu perbuatan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dapat mempengaruhi dan menolong ummatnya hingga akhir zaman, karena telah selamat dari minuman keras, meskipun masih ada manusia yang terjebak ke dalam minuman keras, dan semoga Allah subhanahu wata'ala melimpahkan hidayah kepada mereka,a amin allahumma amin. Demikian juga segala perbuatan maksiat lainnya sepeti perjudian perzinahan dan lainnya, kesemuanya bermula dari apa-apa yang telah diciptakan Allah. Oleh sebab itu ketaatan dan kemaksiatan berasal dari Allah subhanahu wata'ala, dan kita diberi kehendak untuk ikhtiar yaitu memilih diantara keduanya,

Demikianlah keyakinan kelompok ahlusunnah waljama'ah. Allah subhanahu wata'ala berfirman : وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ( الأنعام : 28 ) "Jika seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang untuk mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah para pendusta belaka". ( QS. Al An'aam : 28 )

 Merekalah orang-orang yang akan kekal di neraka, dimana jika mereka dikeluarkan dari neraka kemudian dikembalikan ke dunia maka mereka akan kembali berbuat kejahatan dan kemungkaran yang telah dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala. Sebaliknya mereka yang tidak dikekalkan di neraka adalah mereka yang jika dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan ke bumi maka mereka akan taat kepada Allah subhanahu wata'ala, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka harus kita fahami bahwa manusia tidak dapat berbuat taat atau maksiat kecuali kesemuanya dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala yang dirangkai dari segala ciptaan Allah, dan Allah subhanahu wata'ala menyiapakan kebaikan untuk manusia yang berbuat baik, sebaliknya menyiapakan kehinaan atau siksaan bagi mereka yang berbuat maksiat, maka manusia diberi pilihan untuk memilih diantara keduanya. Dan Allah lah yang menciptakan kesehatan juga menciptakan penyakit , dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

 مَا أَنْزَلَ اللّهُ مِنْ دَاءٍ إلّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً "
 Allah tidak menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan baginya obat "

 Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, maka orang yang diberi cobaan dengan penyakit maka ia harus berusaha untuk mencari obatnya, karena Allah telah menciptakan obat dari setiap penyakit. Namun berhati-hatilah dalam mencari pengobatan, berobatlah kepada yang ahli dalam bidangnya, janganlah berobat kepada sembarang dokter atau berobat kepada dukun, dan juga janganlah dengan mudah mempercayai orang yang mengobati, hanya Allah subhanahu wata'ala yang bisa langsung kita percaya dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kalau yang lain belum tentu benar apa yang ia ucapkan. Sebagaimana yang saya alami ketika menjalani pengobatan dengan CT scan, di saat itu saya hanya memenjamkan mata tanpa merintih kesakitan, lalu ada 3 dokter yang datang kepada saya, kemudian salah satu dokter bertanya tentang penyakit yang saya alami, maka saya katakan bahwa dibagian bawah tulang rusuk saya terasa sakit dan sangat perih, dengan spontan ia menjawab : "Oh, ini usus buntu operasi!", dokter yang lain berkata : "Kalau menurutku ini adalah liver, operasi!", kemudian dokter yang terakhir juga mengatakan hal yang berbeda, wah ketiga dokter kok beda-beda dalam menentukan penyakit yang saya derita, kesemuanya hanya memberi instruksi agar saya menjalani operasi. Dan ketika bapak professor datang beliau hanya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena kebanyakan asam lambung, yang di zaman sekarang dikenal dengan masuk angin dimana cukup dengan dikerokin akan hilang penyakitnya, maka berhati-hati dalam berobat atau memilih dokter yang akan mengobati penyakit kita. Demikian pembahasan kita dalam kitab Ar Risalah Al Jami'ah di malam hari ini, penjelasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan datang insyaallah. Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan keluhuran bagi kita semua dan orang tua kita, mereka yang masih hidup semoga dianugerahi panjang umur dan afiyah, dan yang telah wafat semoga dilimpahi kemuliaan di alam barzakh, amin allahumma amin

. فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ... 
 Ucapkanlah bersama-sama

 يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

 Berikut ada beberapa pengumuman, yang pertama majelis dzikir akbar kita bersama guru mulia di Monas insyaallah kita adakan pada tanggal 25 November 2013. Adapun Haul Al Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar bin Salim insyaallah akan diadakan pada hari Ahad, 24 November 2013 di komplek Hankam Cidodol. Kedatangan guru mulia sudah semakin dekat, dan semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan kesuksesan dalam setiap acara kita dan membawakan manfaat bagi kita zhahir dan bathin dan juga bagi wilayah kita, bangsa kita dan seluruh muslimin di barat dan timur, menjadi rahmat dan mempersatukan ummat sehingga jauh dari perpecahan dan permusuhan antara muslimin dan antara ummat beragama, amin allahumma amin. Selanjutnya kita bershalawat dan bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian doa penutup oleh Al Habib Hud bin Baqir Al 'Atthas, yatafaddhal masykura.
Selengkapnya >>>

Arrisalatul Jami'ah Ke-29

ZAKAT


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَ لِيْ وَلِيًّا، فَقَدْ آذَنْتُهُ باِلْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِليَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَ رِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا، وَ لَئِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِيْ عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ ( صحيح البخاري )

" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala berfirman : "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada kewajiban yang Aku wajibkan, dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya,
maka jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan tangannya yang ia memukul dengannya, dan kakinya yang ia berjalan dengannya, dan apabila ia meminta kepadaKu pasti Aku memberinya, dan jika ia meminta perlindungan kepadaKu pasti Aku melindunginya, Aku belum pernah ragu dari melakukan sesuatu, seperti keraguanKu terhadap jiwa seorang mukmin yang tidak suka mati dan Aku pun tidak suka menyakitinya". (HR. Bukhari)


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.


Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang Maha memuliakan hamba-hambaNya dengan anugerah dan kenikmatan, dan terpendam di dasar kenikmatan itu kenikmatan yang teragung yaitu Mahabbatullah (cinta Allah), darimana kita akan mendapatkannya? yaitu dari sang pembawa cintaNya sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang datang dengan membawa ajaran-ajaran yang dicintai Allah, yang mana beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
bahwa Allah subhanahu wata'ala berfirman :

مَنْ عَادَ لِيْ وَلِيًّا، فَقَدْ آذَنْتُهُ باِلْحَرْبِ

" Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya"

Al Imam Ibn Hajar Al 'Asqalani di dalam Fathul Bari menjelaskan makna kalimat Al Harb (perang), bukanlah perang dengan hambaNya karena siapalah yang bisa berperang dengan Allah sedangkan jasad manusia berada dalam genggaman kasih sayang Allah yang mana jika Allah menghendaki maka Allah Maha Mampu menceraikan ruh dengan jasadnya, ia (seseorang) tidak mampu mengatur jasad dirinya sendiri, dan ia tidak mampu menciptakan panca inderanya, tidak pula mampu mengatur bagaimana gerak gerik milyaran sel di dalam tubuhnya, akan tetapi kesemua itu diatur oleh Allah subhnahu wata'ala maka bagaimana mungkin Allah mengumumkan perang dengannya?!. Namun yang dimaksud dalam hadits ini adalah dahsyatnya kemurkaan Allah subhanahu wata'ala kepada mereka yang memusuhi para wali Allah, dan sebaliknya Allah akan mengumumkan cinta bagi orang yang mencintai para waliNya, semoga kita semua menjadi para pecinta wali-wali Allah subhanahu wata'ala amin allahumma amin. Kemudian dalam hadits qudsi tersebut Allah berfirman :

وَمَا تَقَرَّبَ إِليَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

" Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada kewajiban yang Aku wajibkan, dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya"

Hamba tersebut tidak mencukupkan hanya dengan melakukan kewajiban saja, akan tetapi ia terus mendekat kepada Allah dengan ibadah-ibadah yang sunnah sampai Allah subhanahu wata'ala mencintainya, hingga sampailah ia pada cinta Allah dengan perantara perbuatan yang fardhu dan sunnah yang dibawa oleh sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu apa yang terjadi jika Allah subhanahu wata'ala telah mencintai hamba tersebut?, Allah subhnahu wata'ala berfirman dalam hadits qudsi :

فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، وَ رِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا

" Maka jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan tangannya yang ia memukul dengannya, dan kakinya yang ia berjalan dengannya".

Dan sangat jelas bahwa makna kalimat-kalimat tersebut harus di ta'wil (tidak dimaknai secara zhahirnya lafaz), karena makna dari hadits tersebut bukan berarti Allah subhanahu wata'ala menjadi pendengaran (telinga), penglihatan (mata), tangan atau kaki seseorang. Al Imam Ibn Hajar Al 'Asqalani menjelaskan makna hadits qudsi ini, sebagaimana pendapat diantara para ulama' yang dimaksud dalam hadits qudsi ini bahwa Allah subhanahu wata'ala memberi cahaya pada penglihatan hamba tersebut, sehingga ia melihat dengan cahaya Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

اِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ

" Takutlah (hati-hati) terhadap firasat seorang mukmin karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah"

Sehingga pendengarannya dapat mendengar hal yang tidak didengar oleh orang 'awam, penglihatannya melihat apa-apa yang tidak dilihat oleh orang awam, begitu juga kedua tangan dan kakinya diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata'ala kekuatan yang tidak diberikan kepada orang 'awam kecuali pada para kekasihNya, sebagaimana terdapat dalam riwayat yang menyebutkan bahwa sayyidina Umar bin Khattab Ra ketika menyampaikan khutbah jum'at di tengah-tengah khutbah beliau berkata :

يَا سَارِيَة الْجَبَلَ

" Wahai Sariah (naiklah) ke atas gunung "

Kemudian beliau melanjutkan khutbah jum'at, lalu orang-orang bertanya kepada sayyidina sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw tentang ucapan sayyidina Umar bin Khattab di tengah-tengah beliau menyampaikan khutbah, maka sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata kepada mereka untuk mengingat dan mencatat waktu kejadian hal tersebut. Setelah beberapa lama datanglah sayyidina Sariah pemimpin pasukan perang yang diutus oleh sayyidina Umar bin Khattab ke tempat jauh yang berjarak satu bulan perjalanan dari Madinah Al Munawwarah, ia berkata : "Pasukan muslimin datang dengan membawa kemenangan, dimana di saat peperangan kami berada dalam keadaan terdesak dan kami tidak tau apa yang harus kami lakukan, ketika itu kami mendengar suara sayyidina Umar bin Khattab Ra dan tanpa wujud jasad beliau berkata : "Wahai Sariah naiklah ke atas gunung", padahal di saat itu sayyidina Umar bin Khattab sedang menyampaikan khutbah Jum'at di Madinah Al Munawwarah, dan ternyata waktu kejadian hal tersebut tepat di saat sayyidina Umar menyampaikan khutbah yang di pertengahan khutbah beliau berkata : "Wahai Sariah naiklah ke atas gunung". Maka dalam hal ini sayyidina Umar bin Khattab yang sedang berada di Madinah dan menyampaikan khutbah, penglihatan beliau mampu melihat keadaan pasukan muslimin yang sedang terdesak dalam peperangan di sebuah wilayah yang sangat jauh dari Madinah Al Munawwarah. Sehingga meskipun sayyidina Umar bin Khattab tidak bersama pasukan muslimin dalam peperangan, namun beliau dapat mengontrol dan mengawasi peperangan yang dipimpin oleh sayyidina Sariah dengan penglihatan yang telah dipenuhi cahaya oleh Allah subhanahu wata'ala. Demikianlah salah satu bentuk dari pemahaman-pemahaman yang dapat kita fahami berkaitan dengan hadits qudsi tersebut. Dijelaskan juga oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani makna hadits qudsi bahwa Allah subhanahu wata'ala menjadi pendengaran seseorang maksudnya yaitu bahwa pendengaran orang tersebut tidak lagi mendengarkan hal-hal kecuali yang diridhai Allah subhanahu wata'ala, penglihatannya tidak lagi melihat sesuatu kecuali yang diridhai Allah subhanahu wata'ala. Sebagaimana salah seorang dari kaum Anshar ketika sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam wafat ia berkata : " Wahai Allah butakanlah mataku hingga ia tidak lagi melihat setelah wafatnya sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam". Begitu juga kedua tangan dan kaki orang tersebut tidak lagi digunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah subhanahu wata'ala, sehingga Allah telah melimpahkan untuk tangannya keberkahan dan kekuatan yang besar ketika ia berdoa atau ketika ia melawan musuh. Sebagaimana sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw ketika dalam peperangan Khaibar beliau mampu menjebol gerbang benteng Khaibar dan menerobos masuk kedalamnya, yang sebelumnya tidak mampu ditembus oleh para sahabat yang memegang panji peperangan, hingga yang terakhir sayyidina Ali bin Abi Thalib yang membawa panji tersebut dan beliau mampu menerobos dan menjebol gerbang benteng Khaibar , dimana pintu gerbang tersebut melelahkan 40 orang yang mengangkatnya lalu mereka menjadikan tameng dalam menghadapi orang-orang Yahudi dalam perang Khaibar. Demikian keadaan tangan-tangan para wali Allah subhanahu wata'ala yang telah diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata'ala, yang tampaknya tangan-tangan mereka lemah yang mungkin hanya memegang Al qur'an atau kitab, yang tampaknya hanya mampu ruku' atau sujud namun ingatlah bahwa kekuatan Rabbul 'alamin ada pada penglihatan mereka, pendengaran mereka, kedua tangan dan kaki mereka, namun bukan berarti Allah subhanahu wata'ala ada dan menjadi mata mereka, menjadi telinga mereka, menjadi kedua tangan dan kaki mereka sebagaimana yang tercantum secara zhahir dalam hadits qudsi tersebut. Akan tetapi untuk memaknai hadits qudsi tersebut haruslah dengan cara dita'wil, yaitu tidak difahami secara zhahir lafazhnya. Lalu dalam hadits qudsi ini Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَ لَئِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِيْ عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ

" Dan apabila ia meminta kepadaKu pasti Aku memberinya, dan jika ia meminta perlindungan kepadaKu pasti Aku melindunginya, Aku belum pernah ragu dari melakukan sesuatu, seperti keraguanKu terhadap jiwa seorang mukmin yang tidak suka mati dan Aku pun tidak suka menyakitinya"

Demikian kecintaan Allah subhanahu wata'ala kepada orang-orang yang mencintai Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan hal-hal yang fardhu dan yang sunnah untuk mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam semampunya, maka semoga kita semua disampaikan pada samudera mahabbatullah dan wafat dalam keadaan bersama para pencinta Allah sehingga kelak di hari kiamat kita dibangkitkan bersama orang-orang yang kita cintai dan pemimpin orang-orang yang kita mencintai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka hadits qudsi ini secara tegas menjelaskan bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada. Dan jika muncul pertanyaan "ada dimana?", sungguh Allah subhanahu wata'ala tidak membutuhkan kata "dimana" karena kata "dimana" adalah ciptaan Allah dan kata "dimana" menuntut jawaban suatu tempat, sedangkan tempat belum ada sebelum diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala. Jika orang-orang yang mempunyai pemahaman yang bathil mengatakan bahwa Allah berada di 'arsy padahal 'arsy adalah ciptaan, maka dimana Allah sebelum Allah menciptakan 'arsy?!. Dalam hal ini Al Imam Malik Ra menjelaskan dimana ketika seseorang bertanya kepada beliau tentang penjelasan ayat "Ar-Rahman 'Ala al-arsy Istawaa", bagaimanakah Istawa Allah?, Imam Malik menjawab : "Majhuul, Ma'quul, Imaan bihi wajib, wa su-aal 'anhu bid'ah (tidak diketahui maknanya, dan hal itu ma'quul (masuk akal), percaya akan hal itu adalah wajib, bertanya tentang ini adalah Bid'ah , dan kulihat engkau ini orang ahli bid'ah, keluarkan dia!". Maka jelas bagi kita bahwa orang yang mempertanyakan dan mempermasalahkan hal ini adalah ahli bid'ah, sebagaimana para kelompok yang banyak muncul pada zaman ini.
Adapun para ulama' dalam memaknai seperti ayat-ayat diatas (ayat-ayat mutasyabihat) terdapat dua madzhab yaitu madzhab ta'wil dan madzhab tafwidh ma'a at tanziih. Makna tafwidh ma'a at tanziih adalah mengambil (meyakini) zhahir lafazh dan menyerahkan maknanya kepada Allah disertai dengan mensucikan Allah dari sifat-sifat yang mneyerupai makhlukNya) , bukan seperti yang diperbuat oleh orang-orang yang banyak muncul di zaman sekarang ini yang membid'ahkan acara maulid, ziarah kubur dan lainnya dimana mereka dalam meyakini ayat-ayat mutasyabihat dengan tafwidh (hanya mengambil zhahirnya lafazh saja) namun tanpa tanziih, sehingga mereka menyerupakan Allah dengan makhlukNya. Madzhab tafwidh ma'a tanziih inilah yang dipegang oleh Al Imam Abu Hanifah dan Al Imam Ahmadn bin Hambal dan sebagian pengikutnya, sebagaimana ucapan imam Malik kepada seoarang yang menanyakan istiwaa Allah subhanahu wata'ala. Adapun madzhab ta'wil adalah menafsirkan makna kalimat kepada makna kalimat yang layak bagi Allah subhanahu wata'ala dan sesuai dengan keagungan Allah subhanahu wata'ala, karena cara ini menjelaskan dan menghilangkan keraguan kaum awam, dan madzhab inilah yang dipegang oleh Al Imam As Syafii, Al Imam Bukhari dan para imam ahlusunnah waljama'ah. Sebagaimana terdapat dalam Al qur'an " Ar Rahman'Alaa Al 'Arsy istawaa", mereka yang mempunyai keyakinan sesat meyakini bahwa Allah berada atau bersemayam d atas 'arsy. Sedangkan makna kata "Istawaa" sebagaimana dijelaskan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh menukil ucapan Al Imam Ghazali dalam kitabnya, bahwa kata "Istawaa" mempunyai tiga makna, yang pertama adalah melintasi/melewati, makna kedua adalah diam atau tidak bergerak, dan makna ketiga adalah berada di tengah-tengah namun ketiga makna tersebut tidak layak bagi Allah subhanahu wata'ala, sebab bertentangan dengan sebagian ayat-ayat Al qur'an dan hadits-hadist yang lain. Jika dikatakan bahwa Allah berdiam (bersemayam) di 'arsy maka bertentangan dengan hadits qudsi yang menyebutkan bahwa Allah subhanahu wata'ala turun ke langit yang terendah di saat sepertiga malam terakhir, maka zhahirnya hadits ini menunjukkan bahwa Allah tetap berada di langit yang terendah dan tidak pernah kembali ke 'arsy sebab waktu sepertiga malam terakhir tidak pernah hilang, namun terus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Begitu juga keyakinan bahwa Allah subhanahu wata'ala bersemayam (menetap) di 'arsy juga bertentangan dengan firman Allah QS. Al Fath : 10 :

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ( الفتح : 10 )

"Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka". ( QS. AL Fath : 10 )

Dan ketika bai'at pun tidak teriwayatkan bahwa ada tangan turun dari langit yang ikut berbaiat. Begitu juga hadits qudsi yang kita baca tadi, makna hadits qudsi diatas tentunya menunjukkan bahwa pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka yang taat kepada Allah akan dilimpahi cahaya keagungan Allah, pertolongan Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan maknanya bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ ( القصص : 30 )

"Maka ketika Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu : "Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam". ( QS. Al Qashash )

Dalam ayat tersebut bukan berarti pohon itu adalah Allah, sebagaimana keyakinan sebagian orang-orang yang menyembah pohon karena mereka meyakini bahwa pohon adalah Tuhan.
Dijelaskan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Dekat dengan tanpa sentuhan dan Jauh tanpa jarak (bagi orang-orang yang berpaling dari cinta Allah), dimana jauhnya Allah tidak dapat disamakan dengan makhluk begitu juga kedekatan Allah tidak bisa disamakan dengan dekatnya makhluk, dekatnya makhluk dengan sentuhan sedangkan dekatnya Allah subhanahu wata'ala lebih dari sentuhan. Demikian sebagian dari penjelasan kitab Ar Risalah Al Jaamia'ah, dalam makna ucapan Al Imam Ahmad bin Zen Al 'Alawi Al Habsyi :

وَأَصْلُ اْلإِيْمَانِ أَنْ تَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَأَنَّهُ تَعَالَى وَاحِدٌ


Penjelasannya berikutnya insyaallah kita lanjutkan di majelis yang akan datang. Dan sebelum kita mengakhiri majelis ini dengan doa dan munajat, haruslah kita fahami bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Dekat lebih dari sentuhan, dan jauh tanpa jarak yaitu untuk orang-orang yang zhalim, orang-orang yang berpaling dari cinta Allah subhanahu wata'ala dan menuju pintu kemurkaan Allah subhanahu wata'ala, lebih memilih hal-hal yang dibenci Allah daripada hal-hal yang dicintai Allah subhanahu wata'ala, serta tidak berusaha untuk menghindarinya bahkan ia senang dengan perbuatan-perbuatan itu. Maka semoga Allah subhanahu wata'ala menyelamatkan kita semua dari segala macam perbuatan hina, amin allahumma amin.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...


Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.


Hadirin yang dimuliakan Allah Doa-doa terluhur untuk para guru kita yang hadir pada malam hari ini, juga para sesepuh dan para tokoh masyarakat, dan aparat keamanan dari Polsek Pancoran yang selalu membantu kelancaran lalu lintas ketika majelis ini berlangsung, sebagaimana kita tidak mau untuk menutup jalan-jalan raya kecuali jalan-jalan perkampungan jika disetujui oleh masyarakat setempat dan mendapat izin dari kepolisian setempat. Dan kita doakan untuk semua saudara kita yang sedang sakit semoga segera diberi kesembuhan oleh Allah subhanahu wata'ala.
Semakin dekat waktu kedatangan guru mulia kita, yang insyaallah pada bulan November 2013 meskipun masih 2 bulan lagi namun sudah terasa sudah sangat dekat, sebagaimana kapal besar yang akan merapat ke daratan maka gelombangnya telah sampai sebelum kapal itu sampai. Gelombang semangat bangkit di dalam hati kita lebih besar dengan dekatnya kehadiran guru mulia kita, orang yang suci pendengarannya , penglihatannya, ucapannya, tangan dan kakinya yang dipenuhi dengan cahaya keagungan Allah subhanahu wata'ala, dan semoga kita semua termasuk kepada golongan orang-orang yang mencintai para kekasih Allah dan semoga acara-acara kita yang akan datang berlangsung dengan sukses, dan bagi jamaah yang dapat membantu kesuksesan acara-acara tersebut maka bantulah semampunya, karena harta tidak akan pernah berkurang dengan dikeluarkan darinya shadaqah atau infak. Selanjutnya kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yatafaddhal masykura.
Selengkapnya >>>

Arrisalatul Jami'ah Ke-28


ZAKAT


قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَ يَقُولُونَ الكَرْمُ ، إنَّمَا الكَرْمُ قَلْبُ المُؤْمِنِ ( صحيح البخاري )

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Orang-orang banyak menyebut (anggur) "al karmu (kemuliaan)" padahal al karmu adalah hati seorang mukmin"

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita ke dalam samudera لا إله إلا الله . Kita semua adalah undangan Ilahi untuk menjadi ummat dari semulia-mulia nabi, yang padanyalah samuderaلا إله إلا الله disempurnkan dengan kalimat محمد رسول الله shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga jadilah kita semua sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan kehendak dan izin Allah subhanahu wata'ala. Sang Maha Indah, Allah subhanahu wata'ala terus mengasuh dan membimbing kita, seperti seorang bayi kecil yang diasuh, maka ia dimandikan, disuapi dan lain sebagainya, demikian pula pengasuhan Allah terhadap hambaNya namun pengasuhan Allah subhanahu wata'ala kepada kita lebih dari semua itu. Kita ketahui Allah telah menyiapkan untuk hamba-hambaNya makanan dan minuman yang berbeda-beda jenis dan rasa, menciptakan hewan-hewan yang berbeda-beda jenis dan berbeda rasa, dimana sebagian diantara hewan tersebut ada yang halal untuk dimakan dan sebagian ada yang haram dimakan, dan juga Allah subhanahu wata'ala menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang berbeda sebagai bahan pokok bagi manusia seperti beras, gandum dan lainnya sebagainya. Dan sejatinya seseorang hanya mencari makanan untuk dimakan karena setelah ia memakannya maka Allah lah yang mengaturnya, Allah yang menentukan jalur makanan yang ia makan untuk mengarah ke bagian sel-sel tubuh yang mana, dimana terdapat sel-sel tubuh yang mati dan terdapat sel-sel tubuh yang tumbuh, Allah yang mengetahui antara sel-sel tubuh yang aktif dan sel-sel tubuh yang tidak aktif dan alin sebagainya. Merupakan suatu hikmah Ilahi dan sebagai petunjuk untuk mereka yang telah lanjut usia, dimana seseorang berawal dari usia kecil ia lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa, tidak mampu berjalan dan lainnya hingga ia mulai tumbuh besar dan dewasa dan ia mulai mampu berjalan, berlari, dan alinnya, hingga ia mencapai usia tua ia mulai kembali melemah, ketika ia akan berdiri maka ia tidak bisa berdiri secepat pemuda, begitu juga gerakan-gerakannya yang lain pastilah lebih lambat dari gerakan para pemuda, mengapa?, karena demikian itu untuk memudahkan mereka yang telah lanjut usia agar memperbanyak dzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan berbagai macam lafaz dzikir seperti kalimat "Allah, Allah" atau "Bismillaah", ketika akan duduk ia mengucap bismillah, ketika akan berdiri ia mengucap bismillah, sehingga dengan demikian Allah subhanahu wata'ala mempermudah mereka yang telah mencapai usia lanjut untuk selalu mengingat Allah subhanahu wata'ala, dengan menjadikan mereka tidak mampu bergerak cepat sebagaimana para pemuda maka mereka masih sempat untuk berdzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, karena mereka telah mendekati panggilan Ilahi untuk meninggalkan kehidupan di alam ini. Ketika alam dunia ini disingkap dari penglihatan mata kita, maka seakan-akan kita menonton di bioskop dimana setelah selesai dan kita keluar, maka kita akan membawa fikiran-fikiran yang berbeda, begitu juga ketika mata kita terbuka akan keilahian Allah subhanahu wata'ala (ma'rifah billah) dan jika kita renungkan kita merasa bahwa diri kita hanya bersama Allah subhanahu wata'ala, namun secara tarbiyah maka membutuhkan 70.000 tabir cahaya yang membatasi makhluk dengan Allah subhanahu wata'ala, akan tetapi untuk ruh dan sanubari kita maka Allah subhanahu wata'ala anugerahkan kepada kita makna ma'iyyatllah (kebersamaan dengan Allah) sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ( البقرة : 186 )

" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat ". ( QS. Al Baqarah : 186 ) Dimana menurut kacamati hati maka membutuhkan 70.000 tabir yang mana jika satu tabir saja tersingkap maka gunung pun hancur karena cahaya kewibawaan Allah subhanahu wata'ala, namun dalam firman Allah ini Allah menjelaskan bahwa jika hamba bertanya kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tentang Allah subhanahu wata'ala maka sungguh Allah Maha dekat dengan hambaNya, bagaimana tidak karena seluruh sel kita diasuh oleh Allah subhanahu wata'ala, setiap gerak-gerik kita diatur oleh Allah subhanahu wata'ala, ketika kita berjalan maka ribuan juta sel bergerak dan hal itu dengan kehendak dan izin Allah subahanahu wata'ala, bukan diri kita yang memerintahkan kaki kita untuk bergerak dan berjalan, karena meskipun kita mempunyai kaki jika Allah berkehendak maka Allah mampu untuk menjadikan kita tidak bisa berjalan. Sebagaimana kita dapati ada diantara manusia yang bisa berjalan dan diantara mereka ada yang tidak bisa berjalan, diantara mereka ada yang dapat melihat dan diantara mereka tidak dapat melihat, hal demikian menunjukkan bahwa segala sesuatu ada yang mengatur dan mengasuhnya, Dialah Yang Maha Tunggal Allah subhanahu wata'ala, yang telah menghadiahkan kepada kita semulia-mulia nabi, seindah-indah makhluk yang berakhlak luhur, makhluk yang paling berlemah lembut dan paling berkasih sayang setelah Yang Maha Berkasih kasih sayang melebihi semua yang berkasih sayang, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah dikabarkan Allah kepada kita dalam firmanNya subhanahu wata'ala :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128 )

" Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaa n kalian , sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian , s a ng at be r kasih sa yang terhadap orang-orang mukmin ". ( QS. At Taubah : 128 ) Kalimat " iman" disini kita kaitkan dengan hadits yang tadi kita baca, sebagaiamana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitab Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa dahulu di masa jahiliyah orang-orang quraisy memenamakan buah anggur (bukan khamr/arak) dengan sebutan "al karmu", namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang hal itu kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

إِنَّمَا الْكَرْمُ قَلْبُ الْمُؤْمِنِ

" Sesungguhnya Al Karmu (kemuliaan) adalah hati seorang mukmin" Tiada yang lebih dermawan dan mulia diantara seluruh makhluk Allah subhanahu wata'ala dari sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, tiada yang lebih dermawan dari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Yang Maha Dermawan Rabbul 'alamin subhanahu wata'ala. Oleh karena kedermawanan Allah subhanahu wata'ala diciptakanlah surga. Suatu masa atau alam yang akan datang kepada kita dimana ketika itu tiada tempat lain kecuali surga dan neraka sebagai tempat orang-orang yang baik dan tempat orang-orang yang jahat. Allah subhanahu wata'ala Maha Baik karena sesungguhnya orang-orang yang kekal di neraka adalah mereka yang seandainya dikembalikan ke muka bumi maka mereka akan kembali kufur terhadap Allah subhnahu wata'ala. Sungguh Allah sangat Maha Berlemah lembut dan berkasih sayang sehingga menciptakan surga kekal untuk para penghuninya, namun tidak menjadikan penghuni neraka kekal didalamnya kecuali mereka yang jika dikembalikan ke dunia maka mereka tetap dalam kekufuran, sehingga mereka dikekalkan di dalam neraka selama-lamanya. Dan surga adalah tempat kenikmatan, tempat kedermawanan Ilahi berpijar dari 99 macam rahmat Allah subhanahu wata'ala yang disimpan untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Disebutkan dalam riwayat ketika nabiyullah Musa As berkata kepada Allah : "Ya Allah aku melihat suatu ummat dan mereka adalah semulia-mulia ummat dan kelompok yang paling banyak dari mereka yang mengisi surga, jadikanlah mereka itu ummatku" , maka Allah subhanahu wata'ala menjawab : " Itu ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian nabi Musa As berkata : "Wahai Allah aku melihat suatu ummat yang mendapatkan panggilan untuk melakukan ibadah haji dan umrah ke Baitul Haram dalam setiap tahunnya dan mereka mendapatkan kemuliaan dan pengampunan, jadikanlah itu ummatku" , maka Allah subhanahu wata'ala menjawab : " Itu adalah ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian sayyidina Musa As kembali berkata : "Wahai Allah, aku melihat suatu ummat yang terakhir dibangkitkan namun mereka memasuki surga lebih dulu, jadikanlah mereka ummatku", Allah subhanahu wata'ala menjawab : "Itu ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam , maka nabi Musa As berkata :"Ya Allah maka jadikanlah aku sebagai ummat Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, Allah subhanahu wata'ala menjawab : "Engkau wahai Musa dan seluruh para nabi berada di bawah naungan panji Muhammad" shallallahu 'alalihi wasallam. Hadirin yang dimuliakan Allah Hadits ini merupakan undangan dari Allah subhanahu wata'ala kepada kita semua untuk menjadi hamba yang lebih dermawan, dengan sabda nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam :

إِنَّمَا الْكَرْمُ قَلْبُ الْمُؤْمِنِ

" Sesungguhnya Al Karmu (kemuliaan) adalah hati seorang mukmin" Dimana kalimat "Al Karm" secara bahasa bermakna kemuliaan atau kedermawanan, namun orang quraisy menggunakannya sebagai sebutan dari buah anggur karena bagi mereka buah anggur merupakan buah yang paling nikmat. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab dengan hadits tersebut, bahwa kedermawanan yang tersimpan dalam sanubari seorang yang beriman itulah yang disebut "Al Karm". Dalam hadits ini tidak ada perintah untuk kita berderma, akan tetapi hadits ini memanggil sanubari untuk kita menjadi orang yang dermawan. Siapa yang tidak ingin hatinya menjadi mulia di sisi Allah, hati yang berpijar dengan ketenangan dan kesejukan, hati yang dimuliakan oleh Allah di dunia dan di akhirat, siapa yang tidak ingin dicintai oleh Allah rabbul 'alamin pemilik alam jagat raya semesta, Yang Maha Tunggal mencipta alam semesta dari tiada, pastinya semua orang ingin dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala dan dicinati oleh makhluk tercinta, pembuka cinta Allah subhanahu wata'ala, nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, demikian seruan luhur yang tersimpan dalam hadits mulia ini bagi setiap orang muslim untuk menjadi orang yang dermawan, karena dengan kedermawanan itu maka berarti ia telah mendapatkan gelar atau stempel dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ia seorang mukmin. Namun demikian Allah subhanahu wata'ala juga mempunyai perintah bagi kita untuk mengeluarkan harta dengan perintah yang sharih (terang-terangan). Sebagaimana pembahasan kita dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah kita masih dalam pembahasan zakat, kita ketahui bahwa zakat adalah mengeluarkan harta, adapun hukum mengeluarkan harta ada yang wajib dan ada yang sunnah, dimana yang sunnah disebut dengan shadaqah sedangkan yang wajib disebut zakat. Dan hadits ini mengarahkan orang-orang yang telah mengeluarkan harta yang wajib (zakat) untuk menaiki derajat yang lebih tinggi lagi, tidak hanya dengan mengerjakan hal yang wajib namun juga melakukan hal yang sunnah yaitu dengan bersedekah. Oleh sebab itu pula syari'at Islam membatasi kelompok-kelompok yang berhak menerima zakat yang mana terdapat 8 golongan, sebagaimana yang telah kita bahas pada majelis yang lalu, namun orang-orang yang menerima shadaqah tidak dibatasi sehingga siapa saja boleh menerimanya termasuk juga masjid, majelis ta'lim, pesantren dan lainnya. Dan hal penting yang perlu kita perhatikan dalam masalah zakat adalah bahwa zakat profesi yang dikeluarkan setiap bulan itu adalah sebuah kebathilan karena tidak ada dalam syari'at Islam dan jika orang yang mengeluarkannya mengetahui hal tersebut maka ia berdosa besar, karena telah menambah hal yang fardhu dari yang telah ditentukan oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, seperti halnya seseorang melakukan puasa Ramadhan lebih dari sebulan karena ia telah banyak melakukan dosa atau yang lainnya maka hal ini adalah suatu kebathilan. Adapun jika mengeluarkan hartanya setiap bulan dengan niat shadaqah dari profesi maka hal ini adalah suatu keluhuran, baik mengeluarkannya dalam jumlah tertentu atau tidak dalam setiap bulannya, atau mungkin dengan mencontoh akhlak sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra yang menghadiahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dimana tidak semua orang yang diterima oleh beliau shallallahu 'alaihi wasallam untuk menginfakkan seluruh hartanya, namun beliau melihat terlebih dahulu kekuatan iman orang tersebut, atau mungkin ada kebutuhan lain yang ia perlukan. Adapun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, ayah beliau adalah seorang yang buta suatu waktu ia berkata kepada sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra : "Sebelum engkau pergi sisakanlah beberapa potong emas untuk keluargamu", maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq meletakkan beberapa potong batu sebagai ganti dari potongan-potongan emas, tidak sedikit pun harta yang tertinggal namun semuanya dihadiahkan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata :"Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakr?", sayyidina Abu Bakr Ra menjawab : "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya". Sedangkan sayyidina Utsman bin 'Affan Ra ketika akan menginfakkan seluruh hartanya maka hal itu tidak diterima oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun beliau diperintah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk meneruskan perdagangannya karena kelak perdagangannya akan berlimpah sehingga beliau dapat berinfak lebih banyak dari saat ini, begitu juga dengan beberapa para sahabat yang lainnya ketika menginfakkan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam melihat terlebih dahulu keadaan dari setiap mereka, demikian derajat kedermawanan para sahabat nabi dengan bimbingan tarbiyah dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Jika terjadi suatu permasalahan bagaimana dengan seseorang yang memberikan hibah (hadiah) berupa harta untuk janin yang masih berada di dalam kandungan, apakah harta tersebut wajib dizakati atau tidak?, tentunya tidak karena harta itu belum mencapai haul (1 tahun), begitu juga jika janin belum keluar hingga setahun lebih sedangkan harta telah mencapai haul (1 tahun) maka tidak wajib dizakati karena ia belum hidup di dunia, dan jika ia lahir kemudian meninggal maka hartanya beralih untuk ahli warisnya. Demikian pembahasan bab zakat dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah. Pembahasan berikutnya, disebutkan dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah :

وَصَوْم رَمَضَانَ وَحِجّ اْلبَيْتِ مَن اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً

" Dan puasa ramadhan, dan haji ke baitullah (Ka'bah) bagi yang mampu menjalankannya " Rukun Islam yang keempat adalah puasa, secara bahasa As Shaum bermakna Al Imsaak yaitu menahan, sedangkan menurut syariat adalah:

اَلْاِمْسَاكُ عَنْ جَمِيْعِ الْمُفْطِرَاتِ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ

" Menahan dari segala hal yang membatalkan (puasa) dengan bentuk/cara tertentu" Adapun yang dimaksud dengan "dengan bentuk/cara tertentu" diantaranya adalah dalam waktu tertentu dengan syarat-syarat tertentu, dimana waktunya mulai dari waktu fajar hingga terbenam matahari, dan juga ada hal-hal yang membatalkan puasa seperti murtad dan lainnya. Adapun makna Ramadhan secara bahasa adalah رمض يرمض yaitu mencabut, dan menurut pendapat yang paling mudah dari penjelasan para ulama' menyebutkan bahwa makna Ramadhan adalah mencabut dosa-dosa atau mencabut orang-orang yang semestinya tertulis dalam kelompok penduduk neraka diganti dan dipindahkan menjadi penduduk surga. Semoga seluruh dosa, musibah dan penyakit kita terbawa oleh ramadhan, dan kita semua termasuk kelompok yang dibebaskan dari api neraka, amin allahumma amin. Kemudian rukun Islam yang kelima adalah Haji, adapun "Al Hajj" secara bahasa adalah "Al Qashd" (keinginan atau menuju). Sedangkan secara syariat Haji adalah Menuju bait Al Haram (Ka'bah) untuk melakukan ibadah dengan cara atau bentuk tertentu. Dan haji diwajibkan bagi yang mampu melakukannya, adapun jika seseorang tidak mampu melakukannya seperti seseorang yang telah tua renta, maka boleh diwakilkan kepada orang lain meskipun ia masih hidup dan terlebih lagi orang yang telah wafat, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Shahih Al Bukhari dimana salah seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang ibunya yang telah wafat namun belum melakukan haji, apakah ia menghajikan untuknya ; apakah pahalanya sampai kepadanya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengiyakan dan memerintahnya untuk melakukan haji untuk ibunya. Dan hal ini juga merupakan salah satu dalil yang shahih dan sharih akan sampainya pengiriman pahala kepada orang yang telah wafat. Namun kelompok-kelompok di zaman sekarang mengatakan bahwa pahala itu tidak sampai, jika demikian ya sudah itu maunya mereka, bukan maunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

اَلْأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا اِئْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اِخْتَلَفَ

" Ruh-ruh itu bagaikan tentara yang saling berpasangan maka yang saling mengenal akan menyatu, dan yang saling mengingkari akan berselisih" Ketika seseorang mencintai yang lainnya maka ruhnya kelak akan bersama yang dicintainya. Seluruh madzhab kalangan ahlusunnah wal jama'ah mengatakan bahwa mengirim pahala untuk yang telah wafat akan sampai kepadanya, demikian juga dalam madzhab Syafi'i sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmuu' bahwa pendapat yang masyhur dalam hal ini adalah tidak sampainya pahala tersebut kepada yang telah wafat, namun pendapat yang shahih mengatakan bahwa pahala tersebut sampai kepada yang telah wafat. Begitu halnya orang hidup yang dikirimi pahala maka pahala itu juga akan sampai kepadanya, dimana diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika menyembelih hewan kurban beliau shallallahu 'alaihi wasallam berdoa :

بِاسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ

" Dengan nama Allah, Ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad, dan dari keluarga Muhammad dan ummat Muhammad" Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam akan mendapatkan pahala kurban, namun sebagian pendapat ulama' mengatakan bahwa mereka yang mendapatkan pahala kurban Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mereka yang tidak mampu berkurban. Dalam kejadian lain, suatu waktu ketika peristiwa Bai'at Ar Ridwan sayyidina Utsman bin Affan Ra tidak hadir dalam bai'at, maka ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat salah satu tangan beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata bahwa tangan itu menggantikan tangan sayyidina Utsman bin 'Affan Ra yang tidak hadir dalam bai'at agar juga mendapatkan pahala kemuliaan bai'at. Begitu juga pada perang Badr Al Kubra sayyidina Utsman bin Affan Ra tidak hadir dalam peperangan namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata bahwa beliau mendapatkan kemuliaan dan pahala Badr Al Kubra, dan ketika itu sayyidina Utsman bin Affan Ra masih hidup, demikian dalil-dalil yang menunjukkan sampainya pengiriman pahala untuk yang masih hidup atau yang sudah wafat, namun harus disertai dengan keikhlasan. Ikhlas adalah mengerjakan sesuatu semata-mata karena Allah subhanahu wata'ala. Dan disebutkan oleh Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi sebagai peringatan bahwa barangsiapa yang tidak disertai keikhlasan dalam setiap amalannya maka ia adalah seorang yang munafik, dan barangsiapa yang tidak mempercayai atau mengimani rukun Islam dengan hatinya maka ia adalah seorang kafir. Namun tentunya tidak dengan mudah menghukumi seseorang munafik karena ia tidak ikhlas dalam beramal, adapun perkataan Al Imam Ahmad tersebut sebagai pendorong agar orang-orang yang tidak ikhlas dalam beramal berusaha untuk meninggalkan sifat-sifat riya', sombong , ujub dalam beramal menuju pada keikhlasan. Demikian juga perkataan Al Imam Ahmad bahwa orang yang tidak mempercayai rukun Islam dengan hatinya maka ia adalah seorang kafir, perkataan tersebut adalah sebagai pendorong bagi kita agar kita senantiasa berusaha untuk tidak terjebak ke dalam kekufuran. Hadirin yang dimuliakan Allah Berikut ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan, pertama bahwa Tabligh Akbar malam Ahad yang akan datang kita akan adakan secara besar-besaran di Masjid Raya Al Hidayah Tebet dan sekaligus doa untuk hari kemerdekaan RI dan setelahnya kita akan konvoi dengan tertib untuk ziarah kubra, sebagaimana baliho telah kita pasang di beberapa tempat, maka saya harapkan para jama'ah dari seluruh wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan untuk hadir majelis, dan juga jika ada waktu bagi para jama'ah dari luar wilayah seperti Bogor dan sekitarnya untuk hadir majelis dan ziarah bersama. Kedua bahwa majelis kaum wanita akan mulai dibuka pada hari Ahad tanggal 18 Agustus 2013 di kediaman saya. Ketiga bahwa majelis mingguan malam Jum'at maulid nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan syarah kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah minggu depan akan kembali dimulai. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala semoga Allah subhanahu wata'ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, semoga cahaya keimanan berpijar dalam sanubari kita, sehingga dengan demikian kita memahami bahwa yang senantiasa bersama kita hanyalah Allah subhanahu wata'ala, yang mengasuh kita dalam segala keadaan kita hanyalah Allah subhanahu wata'ala, yang mengatur segala ketentuan kita adalah Allah subhanahu wata'ala, namun demikian kita masih dibukakan pintu-pintu untuk berdoa dan meminta apa-apa yang kita inginkan, dimana jika doa itu tidak dikabulkan maka akan dihapuskan satu dosa atau musibahnya, alangkah indahnya Yang Maha Baik. Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, mensucikan diri kita dari banyaknya kotoran dan kesalahan, Ya Allah Engkau telah mengundang kami untuk sampai ke samudera Laa ilaaha Illaa Allah Muhammadun Rasulullah, sehingga kami menjadi ummat sayyidina Muhamamd shallallahu 'alaihi wasallam karena undanganMu, semoga kami semua yang hadir dijauhkan dari musibah dan setelah kami melewati ramadhan limpahkanlah anugerah yang banyak di dunia dan akhirah dan jadikanlah kami kelompok orang-orang yang dibebaskan dari api neraka, dan dilimpahi kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirah.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ .

Selanjutnya kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kita terus berdoa agar Allah subhanahu wata'ala membenahi keadaan kita, keluarga kita, wilayah kita, kota kita dan bangsa kita, dan semua para pejabat yang barangkali terlibat dalam kesalahan semoga Allah membimbing mereka pada kebenaran atau mengganti mereka dengan yang lebih baik, dan kita juga berdoa agar para ulama', umara' dan rakyat bersatu untuk saling membenahi dan menjalankan tugas-tugasnya masing, yang berpolitik menjalankan politiknya namun dengan penuh kecintaan kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang berdagang mengerjakan dagangannya namun ia tetap mencintai sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, demikian juga yang mempunyai aktivitas lainnya kesemuanya mencintai nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah dan RasulNya semampunya. Haul Ahlu Al Badr telah kita lewati, namun semangat Ahlul Al Badr tidak akan hilang dari dalam diri kita, insyaallah dalam akhir bulan September atau awal November adalah kedatangan guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh, yang insyaallah beliau akan berada di Jakarta selama 4 hari dan hari-hari lainnya akan berkunjung ke beberapa wilayah di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa majelis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasanya diberi kepercayaan untuk mengurus transportasi, perizinan dan lainnya dari hal-hal yang dibutuhkan oleh beliau semoga Majelis Rasulullah dapat menjalankannya dengan baik dan semoga acara-acara di waktu yang akan datang berlangsung sukses, amin allahumma amin. Marilah bangkit dengan semangat Ahlul Badr untuk kita bersiap-siap menyambut kedatangan guru mulia kita Al Musnid Al 'Arif billah Al Habib Umar bin Hafizh semoga beliau senantiasa dalam 'afiyah dan dilimpahi kekuatan oleh Allah subhanahu wata'ala dan dipanjangkan umur beliau, kita masih membutuhkan sosok ulama' seperti beliau dimana hari-hari beliau terus dipenuhi dengan kesibukan dakwah, semoga Indonesia adalah salah satu bangsa yang beliau cintai karena merupakan negara yang paling banyak kaum muslimin dan para habaib, amin allahumma amin. Kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian kita doa penutup dan kalimat talqin oleh Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykura.
Selengkapnya >>>

Arrisalatul Jami'ah Ke-27



ZAKAT


عَنِ ابنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنَ تَمْرِ، أَوْ صَاعاً مِنَ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ، وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ، وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ، وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ . (رواه البخاري)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, jiwa dan sanuibari kita merintih dan kelu karena akan berpisah dengan bulan yang setiap detiknya penuh dengan cahaya, setiap nafas penuh dengan cahaya, bulan yang penuh cahaya pemimpin semua bulan, bulan ketika diturunkan Al qur'an Al Karim, bulan disaat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada istrinya sayyidah Khadijah untuk diselimuti seraya berkata : "zammiluuni, zammiluuni ( selimuti aku ) ", dalam keadaan yang begitu dahsyat sebab pertama kali berjumpa dengan malaikat Jibril As, hingga cahaya itu (Al qur'an) mulai diturunkan di malam 17 Ramadhan. Dan kejadian itu terjadi 13 tahun sebelum keberangkatan nabi ke Madinah Al Munawwarah untuk hijrah, yang malam pertamanya adalah malam turunnya Al Qur'an di malam yang mencekam dan gelap gulita, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril As membawa firman-firman Allah subhanahu wata'ala, dimana wahyu yang pertama turun adalah surat Al 'Alaq ayat 1-5. Dan dalam keadaan demikian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa kebingungan akan apa yang telah terjadi pada beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau bersedih kemudian berkata kepada sayyidah Khadijah Ra, yang artinya : "Aku risau terhadap diriku", karena telah menyaksikan atau telah terjadi padanya hal-hal yang aneh, maka sayyidah Khadijah Ra berkata, yang bermakna : "Demi Allah, engkau adalah orang yang menyambung tali silaturrahim, engkau membantu orang-orang yang kesusahan, engkau menjenguk orang yang sakit, dan engkau orang yang jujur, sungguh Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya wahai Muhammad". Maka sayyidah Khadijah Ra membawa beliau shallallahu 'alaihi wasallam kepada salah seorang lelaki dari kerabatnya yang bernama Waraqah bin Naufal, dan setelah dijelaskan kepadanya semua yang terjadi pada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka lelaki itu berkata : "Itu adalah Namuus". Namuus berasal dari bahasa Ibrani yang bermakna Jibril As yang membawa wahyu. Kemudian lelaki itu berkata bahwa akan turun wahyu kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau akan terusir dari kaummya, dan jika lelaki itu masih hidup hingga di waktu beliau diusir oleh kaumnya maka ia akan menjadi pendukung dan pembela nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan setelah itu ayat-ayat Al qur'an pun turun kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan berangsur, hingga sampai pada suatu waktu ayat-ayat tidak lagi turun kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam, disebutkan dalam riwayat bahwa masa itu sampai 6 bulan sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merasa bingung dan sedih karena malaikat Jibril As tidak lagi datang menemui beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dan juga cemoohan orang-orang kafir yang menganggap nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah sembuh dari penyakit yang dideritanya dan syaitan telah pergi dari beliau karena tidak lagi menerima wahyu dari Allah subhanahu wata'ala, demikian tuduhan-tuduhan para kuffar quraisy terhadap nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Namun kerisauan dan kesedihan beliu shallallahu 'alaihi wasallam dijawab oleh firman Allah subhanahu wata'ala :

وَالضُّحَى، وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى، مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى، وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى، وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى ( الضحى : 1-5 )

" Demi waktu dhuha , dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu ti dak meninggalkanmu dan ti dak (pula ) mem bencimu, dan sesungguhnya (kehidpan) akhir at itu lebih baik bagimu dari permulaan (dunia). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, hingga engkau menjadi puas ". ( QS . Ad Dhuha : 1-5 ) Al Imam Ibn Abbas dalam tafsirnya menjelaskan bahwa para sahabat belum pernah merasa gembira melebihi kegembiraan mereka dengan ayat ini :

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (الضحى : 5 )

"Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, hingga engkau menjadi puas". ( QS . Ad Dhuha : 1-5 ) Bahwa Allah subhanahu wata'ala akan memberikan anugerah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga beliau puas dan tenang. Dan para sahabat mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan pernah merasa tenang jika satu dari ummat beliau shallallahu 'alaihi wasallam masih berada di dalam api neraka, namun beliau akan terus memintakan untuknya syafaat kepada Allah subhanahu wata'ala agar dikeluarkan dari api neraka, hingga jeritannya berhenti dari panasnya dan siksaan api neraka, maka jika ada diantara kita semua (wal'iyadzubillah) belum sempat bertobat sehingga ia harus terlebih dulu singgah ke dalam neraka, sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan ridha hingga semua ummat beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang terdahulu dan yang akan datang berada di dalam surga. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata'ala akan memberikan anugerah kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menjawab semua doa-doa beliauu hingga beliau ridha dan puas. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa setiap nabi diberi kesempatan untuk meminta, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak memintanya akan tetapi menyimpannya hingga kelak di hari kiamat yaitu syafaat beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Demikianlah keindahan dan kemuliaan sosok sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam Demikian sedikit penjelasan tentang nuzul Al qur'an karena kita tidak membahasnya di acara haul ahlu Al Badr. Adapun mengenai ahlu Al Badr kita semua mempunyai gambaran tentang mereka, dimana mereka adalah orang-orang yang mulia, orang-orang yang berhati luhur, tidak menyakiti dan menzhalimi yang lain, yang dianatara sifat-sifat mereka disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata'ala :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ) الفتح : 29 )

" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan nya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ". ( QS. Al Fath : 29 ) Dimana salah satu dari sifat mereka adalah :

أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

"Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka". Bahwa mereka sangat keras kepada orang-orang kafir, dan berlemah lembut kepada sesama mereka. Para ulama' ahli tafsir menjelaskan bahwa hal itu yang dimaksud adalah kerasnya keinginan para sahabat agar orang-orang kafir beriman. Bukan bersikap kasar dan bengis kepada non muslim, karena sifat bengis kepada non muslim adalah mengingkari ajaran sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berdasarkan atas dalil-dalil dari Al qur'an dan hadits serta perbuatan-perbuatan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diantaranya firman Allah subhanahu wata'ala :

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ ( يونس : 99 )

" D an jika Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang di muka bumi beriman seluruhnya. Maka apakah engkau (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? ". ( QS. Yunus : 99 ) Adapun kalimat tanya dalam ayat diatas adalah sebagai perintah untuk tidak membenci orang-orang yang tidak beriman, karena hidayah datangnya dari Allah subhanahu wata'ala. Justru mereka harus dikasihani dan didoakan semoga mendapat hidayah dari Allah subhanahu wata'ala. Selanjutnya kita kembali pada pembahasan kitab Ar Risalah Al Jami'ah tentang zakat fitrah, dalam riwayat sayyidina Abdullah bin Umar Ra menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah dengan 1 sha' yaitu 4 mud nabawy atau kurang lebih 3,5 liter. Dan dijelaskan dalam kitab-kitab Fiqh dan ini adalah masalah yang didalamnya terdapat khilaf, bahwa zakat fitrah dalam pendapat yang terkuat tidak boleh menunaikannya kecuali dengan bahan pokok daerah tersebut, namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa zakat fitrah boleh dibayar dengan uang atau yang lainnya yang disukai oleh orang-orang fakir miskin. Sejatinya tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah kecuali dengan bahan pokok daerah tersebut,mengapa? karena dalam syariat Islam ada juga zakat maal (harta), zakat tijarah (barang dagangan) dan lainnya, sehingga zakat yang berupa uang diterima dari zakat-zakat selain zakat fitrah. Namun sayangnya karena tidak ada zakat lain yang ditunaikan selain zakat fitrah baik di negara ini atau di negara-negara lainnya kecuali sangat sedikit, sehingga kaum muslimin tidak mengenal zakat-zakat yang lainnya kecuali zakat fitrah. Dan zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh semua muslimin baik ia seorang yang merdeka, seorang budak (hamba sahaya), lelaki atau wanita, dewasa atau anak-anak, maka mereka semua wajib menunaikan zakat fitrah. Adapun batas akhir mengeluarkannya adalah sebelum selesai shalat ied, dan jika diundur hingga lewat hari ied pertama tanpa ada uzur maka haram hukumnya, namun ia tetap harus mengeluarkannya dan ia berdosa karena telah mengakhirkannya. Misalnya ada seseorang hidup dan tinggal di Jakarta sebatang kara, kemudian ia pergi untuk melakukan Umrah lalu ia kembali ke Jakarta namun setelah tiba di Jakarta idul fitri telah lewat dan ia belum membayar zakat fitrah karena ia harus membayarnya di tempat ia tinggal, maka dalam hal ini ia tetap harus mengeluarkan zakat fitrah. Karena zakat fitrah untuk mensucikan badan kita dari banyaknya dosa-dosa yang ada di dalam badan kita, dosa-dosa dari penglihatan, pendengaran, perkataan, perbuatan dan lainnya, maka hal-hal demikian perlu untuk dibersihkan dan disucikan. Adapun golongan yang berhak menerima zakat ada 8 golongan namun di zaman sekarang menjadi 7 golongan, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata'ala :

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ( التوبة : 60 )

" Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang lemah hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk (orang-orang) yang jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ". ( QS. At Taubah : 60 ) Golongan yang pertama adalah para orang-orang fakir yaitu mereka yang penghasilannya kurang dari 50% dari kebutuhannya, sebagai contoh seseorang memiliki penghasilan setiap bulannya kurang dari 50.000 rupiah sedangkan kebutuhannya setiap bulannya 100.000 rupaiah maka ia termasuk fakir dna berhak menerima zakat. Kedua, orang-orang miskin yaitu mereka yang mempunyai penghasilan atau pemasukan sebanyak 80% dari kebutuhannya, sebagai contoh seseorang dan keluarganyauntuk mencukupi kebutuhan selama sebulan mereka memerlukan 1.000.000 rupiah setiap bulannya, sedangkan penghasilannya setiap bulan hanya 800.000 rupiah maka orang tersebut termasuk orang miskin dan berhak menerima zakat. Ketiga, 'amil zakat (orang-orang yang bekerja mengurusi zakat) karena ia juga mengorbankan waktunya untuk hal tersebut sehingga ia juga berhak menerima zakat, namun para 'amil zakat perlu untuk diperhatikan oleh para ulama' karena terkadang zakat belum diberikan kepada fakir miskin si 'amil justru mengambil zakat terlebih dahulu, maka jangan sampai terjadi hal yang seperti ini. Keempat adalah Muallaf ( orang yang baru masuk Islam) ia berhak menerima zakat. Kelima adalah budak yang minta dimerdekakan dan golongan ini tidak lagi ada di zaman sekarang. Keenam adalah Ghaarimiin (orang-orang yang terbelit hutang) untuk sesuatu di jalan Allah atau untuk kemaslahatan agama Islam dan bukan untuk maksiat dan lainnya, adapun masjid, pesantren atau majelis ta'lim maka tidak boleh dibayarkan zakat untuknya. Jika misalnya ada suatu masjid tua yang hampir roboh, kemudian ada seseorang yang akan memperbaikinya atau merenovasinya namun dengan uang zakat dari hartanya sebanyak 500.000.000,- maka hal ini tidak diperbolehkan, lalu bagaimana dengan masjid yang sudah hampir roboh apa dibiarkan saja karena tidak ada yang dapat membantu?!, dalam kasus seperti ini ada cara yang diajarkan oleh para fuqaha' (ulama' ahli fiqh) yaitu dengan meminta seseorang untuk meminjam uang 500.000.000,- kepada orang yang akan membayar zakat hartanya maka orang yang berhutang tersebut berhak menerima zakat karena ia berhutang karena sesuatu di jalan Allah, maka uang yang 500.000.000 dapat diberikan kepada orang yang berhutang tersebut sebagai zakat harta. Begitu juga halnya pimpinan pesantren atau ma'had yang mempunyai hutang maka ia berhak menerima zakat, bukan pesantren atau ma'hadnya. Ketujuh adalah Fi sabilillah yaitu orang-orang yang berjihad di jalan Allah subhanahu wata'ala, jika mereka tidak mendapatkan dana bulanan (gaji), adapun seperti para tentara yang setiap bulannya mendapatkan dana bulanan maka mereka tidak berhak mendapatkan zakat. Kedelapan adalah Ibn As Sabiil yaitu orang yang ingin melakukan perjalanan bukan dalam maksiat namun ia tidak mampu untuk melakukan perjalanan tersebut kecuali jika mendapatkan bantuan, atau di zaman sekarang sebagai contoh seseorang yang ingin pulang ke rumahnya namun ia kehabisan bekal atau semua barang-barang dirampok sebelum ia sampai ke rumahnya, maka ia berhak mendapatkan zakat sebanyak kebutuhan hingga ia tiba ke rumahnya. Demikian penjelasan tentang zakat, pembahasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan datang, Insyallah. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, ingatlah bahwa kesedihan kita sebab berpisah dengan bulan Ramadhan adalah sebagai tanda bahwa Ramadhan kita maqbul (diterima) oleh Allah subhanahu wata'ala, amin allahumma amin. Dan janganlah sampai terlintas dalam fikiran kita agar bulan Ramadhan segera berlalu, namun sebalikanya kita harus bersedih karena Ramadhan akan segera meninggalkan kita. Sebagaiman para ulama' ahli ma'rifah billah mereka ketakutan dan merasa sedih ketika masuk hari-hari terakhir Ramadhan, karena di hari-hari selain Ramadhan kasih sayang Allah subhanahu wata'ala tidak sebesar di bulan Ramadhan. Maka kita memohon kepada Allah subhanahu wata'ala semoga Allah senantiasa berkasih sayang kepada kita di bulan Ramadhan atau selain bulan Ramadhan dengan kasih sayang yang sama, amin allahumma amin.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ .

Selengkapnya >>>